Prestasi orang Indonesia di Jepang cukup banyak. Hanya saja banyak
dari mereka yang low profile, malu-malu tak mau diungkapkan. Satu dari
sekian banyak yang berhasil di Jepang, seorang wanita Indonesia
kelahiran Jakarta, 11 February 1981, Windy Ariyanto. Berkat dia banyak
orang Indonesia terutama pelajar yang tertolong.
Banyak orang asing yang ingin menggunakan jasa perusahaan property
(real-estate) terbesar Jepang, namun sering ditolak oleh pemilik rumah.
Alasannya, tidak bisa bahasa Jepang, orang Indonesia (asing) dan
sebagainya, ketakutan komunikasi kalau terjadi sesuatu. Keadaan tersebut
masih saja sama sampai sekarang. Sulit sekali menyewa rumah atau tempat
tinggal bagi orang asing, apalagi seorang pelajar Asia yang dianggap
tidak punya uang. Tidak seperti di Indonesia, apabila punya uang dengan
mudah membayar di muka dan menyewa rumah, tak perlu surat jaminan dari
siapa pun.
Itulah sebabnya Windy Ariyanto memilih bisnis ini, membeli sejumlah rumah atau apartemen, lalu menyewakan kepada orang asing terutama orang
Indonesia. "Hal positif menyewakan apartemen di Jepang ya karena hukum
dan aturan jelas sehingga penyewa tidak bisa merusak barang seenaknya
apalagi kabur nggak bayar," paparnya seperti dilansir Tribunnews.
Selain itu tambahnya, pemilik juga tidak bisa seenaknya mengusir penyewa kalau tidak suka.
"Paling penting saya bisa bantu mahasiswa-mahasiswa asing yang memang
butuh tempat tinggal, terutama orang Indonesia, di mana mereka sering
ditolak sana sini karena tidak bisa bahasa Jepang atau karena orang
asing," ungkapnya.
Lalu bagaimana dengan dampak negatif nya, "Apa ya.. ya kalau
apartemennya sudah butuh perbaikan dan renovasi saja pasti membutuhkan
banyak uang," kata Windy.
Windy tidak meminta deposit money dari awalnya karena memberatkan penyewa.
"Makanya key money-deposit kita tidak minta. Cuma cleaning fee saja
buat bersih-bersih kalau sudah ke luar," tambah istri dua anak,
perempuan dan lelaki yang baru lahir Oktober 2013, Joshua Minoru
Sunarno.
Harga rumah yang disewakan berkisar 45.000 hingga 60.000 yen per
bulan (Rp 5,175 juta hingga Rp 6,9 juta). Lokasinya di Tachikawa, ada 2,
dibeli tahun 2004, lalu beli di Koenji, Hachioji satu buah, lalu beli
lagi di Nakano satu gedung besar dibagi 8 kamar.
"Pada awalnya karena dulu suami waktu kuliah di Jepang kesulitan
mencari apato karena ooyasan orang Jepang tidak suka gaijin (orang
asing) dan ribet harus ada guarantor macam-macam," ceritanya lagi.
Lalu 7 Januari 2009 dia mendirikan perusahaan Jepang AGS (Ace Global
Service Co Ltd) merupakan perusahaan bisnis konsultasi. "Kalau untuk
properti kita main pribadi tidak pakai perusahaan. Sedangkan AGS di
bidang business consulting untuk perusahaan Jepang yang mau ke
Indonesia," jelas Windy.
Selain itu usaha Windy juga memasok tas Indonesia ke Jepang. "Tasnya
bahan Indonesia, pakai kain kimono Jepang, disanding dengan
yukata/kimono," ungkapnya. Selengkapnya: http://www.properti.net/artikel-windy-arianto-orang-indonesia-yang-sukses-bisnis-properti-di-jepang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar