Kamis, 18 Februari 2016

Ini Beda Pembangunan Infrastruktur di Indonesia dan China


Pembangunan sebuah kawasan selalu terkait dengan infrastruktur. Saat infrastruktur tidak mendukung, kemajuan kawasan akan tersendat.

Terkait rencana pemerintah yang akan membangun salah satu dari delapan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yakni KEK Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), ternyata dilirik banyak pengembang.

Namun, karena kondisi infrastruktur belum memadai, untuk tidak dikatakan mendukung, pengembang pun balik kanan.

Direktur PT Ciputra Property Tbk Artadinata Djangkar mengungkapkan, perseroan sejatinya sudah lama mengincar pembangunan di Mandalika, yakni sejak tahun 1990-an.

Ciputra terpaksa menunda rencana besar tersebut karena infrastruktur yang menyokong pertumbuhan KEK Mandalika belum terbangun.

"Sejak 25 tahun, baru ada tambahan 1 hotel, yaitu Novotel. Mau tidak mau swasta harus terlibat dengan investasi di infrastruktur. Kalau tidak begitu, akses tidak jadi-jadi," ujar Arta saat diskusi "Percepatan Pembangunan Infrastruktur Indonesia", di Jakarta,belum lama ini.

Tidak hanya di Lombok, kata Arta, banyak kasus di mana pihak swasta harus turun langsung ke lapangan dalam menangani infrastruktur agar kawasan tersebut bisa hidup.

Menurut Arta, kondisi ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan di China yaitu pemerintah yang membangun infrastuktur, baik jalan-jalan besar maupun jalan kecil.

Tanah dikuasai pemerintah sejak awal. Jadi, ketika pemerintah membangun infrastruktur, tidak mengalami kendala pembebasan lahan. Pemerintahlah yang membangun dan menyediakan infrastruktur.

Sementara pengembangan kawasannya ditenderkan kepada para investor dan swasta yang tertarik menggarapnya.

Salah satu perusahaan infrastruktur China yang paling sukses adalah MTR Corporatioin Ltd, di Hongkong.

"MTRC membangun jaringan infrastruktur bawah tanah (subway) yang mengangkut 5 juta komuter per hari. Yang perlu dicatat, pendapatan mereka dalam bidang properti 60 persen," sebut Arta.

Pendapatan di bidang properti ini mengalami peningkatan signifikan dibanding tahun 1998. Saat itu kontribusi bisnis propertinya masih 30 persen.

Pendapatan MTR Corporation Ltd ini berasal dari pengembangan 50 kawasan campuran atau mixed use.

Tidak hanya itu, pembangunan dua gedung tinggi di tengah superblok, dipelopori juga oleh MTR Corporation Ltd. Selengkapnya: http://www.properti.net/artikel-ini-beda-pembangunan-infrastruktur-di-indonesia-dan-china

Tidak ada komentar:

Posting Komentar